Senin, 14 Juni 2010

SEJARAH LABORATORIUM KESEHATAN DI INDONESIA

Sejarah perkembangan laboratorium kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 – 1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik tentang perkembangan laboratorium di Indonesia, namun menelusuri berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang terlibat dalam proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia. Perkembangan tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan Belanda pada abad ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia pada saat itu kemudian didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.

Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Salah satu kegiatan pokok puskesmas mencakup antara lain adalah laboratorium.

Kemudian terjadi perkembangan pelayanan laboratorium kesehatan selain yang diselenggarakan oleh pemerintah khususnya swasta dengan berdirinya Laboratorium Klinik “CITO ” pada tanggal 10 April 1967 oleh Bapak. H. Achmad Djoeahir. Berlokasi di salah satu jalan utama kota Semarang, yaitu Jalan Imam Bonjol No. 206. Kemudian disusul dengan Prodia yang didirikan di Solo pada tahun 1973 sebagai yayasan yang juga melayani pemeriksaan laboratorium. Sampai sekarang perkembangan laboratorium sudah sedemikian pesatnya dan seiring dengan perkembangan teknologi laboratorium kesehatan yang semakin modern maka semakin banyak berdiri laboratorium klinik swasta di Indonesia.

Adanya laboratorium kesehatan di Indonesia tidak bisa terlepas dari sumber daya kesehatan yang menjalankan kegiatan pelayanan di laboratorium, maka pemerintah kemudian mendirikan institusi pendidikan analis kesehatan. Cikal bakal keberadaan institusi pendidikan analis kesehatan adalah dengan didirikannya pusat pelatihan tenaga kesehatan oleh dr. Y. Sulianti bersamaan dengan didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia. Selanjutnya berdiri Sekolah Pengatur Analis (SPA) yang didirikan pada tahun 1958 di Medan dan Yogyakarta. Masa pendidikan pada saat itu adalah 2 tahun yang berasal dari lulusan SD. Lulusannya dapat melanjutkan pendidikan kekhususan selama 2 tahun lagi yaitu jurusan kimia dan jurusan bakteri. Termasuk juga dengan berdirinya Sekolah Penjenang Kesehatan bagian F pada tahun 1970an. Tahun 1982 karena adanya kebijakan pemerintah berubah namanya menjadi Sekolah Menengah Analis Kesehatan dan tahun 1998 dikonversi menjadi D-III Akademi Analis Kesehatan.

Perkembangan institusi pendidikan analis kesehatan mengalami perkembangan yang pesat. Seperti halnya kebijakan pemerintah untuk menggabungkan akademi-akademi kesehatan di institusi negeri menjadi Politeknik Kesehatan dan mengilhami pendirian sekolah-sekolah tinggi kesehatan yang juga menyelenggarakan pendidikan Diploma III dan Diploma IV Analis Kesehatan. Atas kerja keras dan komitmen organisasi profesi analis kesehatan maka sampai saat ini telah ada institusi penyelenggara S1 Analis Kesehatan dengan nama S1 Teknologi Laboratorium Kesehatan yang berada di Makassar (Yanu).

Sabtu, 05 Juni 2010

Susunan Pengurus DPW PATELKI DIY

SUSUNAN PENGURUS
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
PERSATUAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN INDONESIA
PERIODE TAHUN 2010 – 2014


Pelindung :Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Pembina :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta
3. Direktur Poltekes Kemenkes Yogyakarta

Dewan Penasehat
Ketua :Dr. Ety Kumolowati, M.Kes
Sekretaris :Dra. Heny Aprita R, Apth, M.Si.
Anggota :
1. Dra. Atika Ratna Dewi
2. Dra. Darwani, M.Sc
3. Dr. Woro Umi Ratih, Sp.PK

Dewan Pimpinan Wilayah
Ketua : Sigit Sulistya, S.Si
Wakil Ketua I : Riswanto, A.Md.AK, SE
Wakil Ketua II : Subroto Triwidodo, SKM, M.Sc.
Sekretaris : Yanuar Amin A.Md, SH.
Wakil Sekretaris I : Rusmiyati, A.Md.AK
Wakil Sekretaris II : Anisah Khoiriah, A.Md.AK
Bendahara : Nur’aini, A.Md.AK
Wakil Bendahara I : Dian Mayasari A.Md.AK
Wakil Bendahara II : Sofiatun Muniroh, A.Md.AK

Bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi
Ketua : Arlik Suprayitno, A.Md.AK
Anggota :
1. Hadi Hartono, S.S.T.
2. Suradji, S.S.T.

Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM
Ketua : Sistiyono, SKM
Anggota :
1. Hari Waluyo, SKM, MSi
2. Anggi Saputra

Bidang Ilmiah, Penelitian dan Pengembangan IPTEK
Ketua : Untoro A.Md.AK
Anggota :
1. Muji Rahayu, S.Si, Apt, M.Si.
2. Nur Listyarini, A.Md.AK
3. Bambang Supriyanto, S.Si, M.Sc.

Bidang Standardisasi dan Sertifikasi
Ketua : Lestaryono
Anggota :
1. Siti Zainatun Wasilah S.Si.
2. Sujarwo Ganjar Priwibowo, ST.

Bidang Hukum dan Advokasi
Ketua : Rio Andrika, A.Md.AK
Anggota :
1. Sumaryati, A.Md.AK
2. Nani Haryani, A.Md.AK.

Bidang Humas dan Antar Lembaga
Ketua : Sunarto, A.Md.AK
Anggota :
1. Rahayu Indarti S, A.Md.AK
2. Heru Dibirawan, S.S.T.

Bidang Usaha dan Kesejahteraan Anggota
Ketua : Andi Saptono A.Md. AK
Anggota :
1. Indaryati, S.S.T.
2. Heri Setiawan, A.Md.AK

Majelis Kehormatan Etik Profesi
Ketua : Sri Martuti, S.S.T.
Sekretaris : Joko Budiono, S.S.T.
Anggota :
1. Siswadi
2. Suparmin, A.Md.AK
3. Cahyo Nugroho, A.Md.AK


Yogyakarta, 25 Mei 2010

Rabu, 02 Juni 2010

MUSYAWARAH WILAYAH V PATELKI DI YOGAYAKARTA

Yogyakarta, 25 Mei 2010
Pembangunan Kesehatan di Indonesia melibatkan semua komponen baik yang bergerak di pemerintahan maupun para stake holder nya. Visi Indonesia Sehat 2010 harus terus diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Keterlibatan elemen masyarakat di setiap tingkatan menjadi suatu keniscayaan bagi terwujudnya visi tersebut. Kasus – kasus yang terkait dengan status kesehatan merupakan salah satu indikator dari baik atau buruknya pengelolaan dari sistem kesehatan di Indonesia.
Keberadaan tenaga kesehatan salah satu kunci pokok bagi implementasi kebijakan pemerintah di sektor kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai obyek dari program pemerintah. Atas nama pemberdayaan masyarakat maka harus mampu merubah paradigma bahwa setiap kebijakan berasal dari pemerintah pusat, akan tetapi partisipasi dan peran serta langsung masyarakat merupakan pola pengembangan yang menjadi nilai lebih bagi kualitas pengelolaan sistem pemerintahan.
Tenaga Analis Kesehatan atau pranata laboratorium yang selama ini terkesan tidak berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat harus mampu menunjukkan peran serta nya. Bahwa sebenarnya sejak tanggal 26 April tahun 1980 para petugas laboratorium khususnya laboratorium kesehatan telah berhimpun di dalam sebuah organisasi profesi yaitu Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (PATELKI) dan pada tanggal tersebut di peringati sebagai hari lahirnya PATELKI.
Keberadaan PATELKI di Propinsi DI Yogyakarta dimulai pada 06 Mei 1994, sehingga dapat dikatakan masih berumur sangat muda sekali (13 tahun). Akan tetapi dinamika organisasi mampu berjalan sampai saat ini dibuktikan masih mampu menyelenggarakan Musyawarah Wilayah PATELKI DIY pada 21 Februari 2007 dengan menghasilkan kepengurusan periode 2007 – 2010 di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
Pada tanggal 09 April 2007 Rapat Pleno DPW PATELKI DI. Yogyakarta membuat rancangan program kerja berdasarkan keputusan Muswil PATELKI dan telah diputuskan menjadi Program Kerja periode 2007 – 2010. Hasil Keputusan Musyawarah Dewan Pimpinan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia kemudian dijabarkan pada Rakerwil. Rapat Kerja Wilayah pada tanggal 04 Juli 2007 di Hotel Ruba Graha yang diselenggarakan untuk menjaring aspirasi anggota dalam implemantasi program kerja sehingga mampu mengakomodir semua kepentingan yang akan mengembangakan PATELKI dalam proses keberlangsungan pembangunan bangsa Indonesia. yang diwujudkan dalam kegiatan pada masing-masing pembidangan.
Setelah 3 tahun melakukan pengabdian di DPW PATELKI DI Yogyakarta maka pada tanggal 25 Mei 2010, jajaran pengurus DPW PATELKI DIY melalui Musyawarah Wilayah V mempertanggungjawabkan di depan Sidang Pleno. Alhamdulillah, Laporan Pertanggungjawaban Pengurus DPW PATELKI DIY periode 2007 - 2010 dapat diterima tanpa perbaikan yang berarti. Merupakan kerja bersama dari seluruh jajaran pengurus dan DPC se Propinsi DI Yogyakarta.
Musyawarah Wilayah PATELKI DI Yogyakarta V tahun 2010 merupakan momentum yang sangat strategis bagi DPW PATELKI DIY untuk mereview misi dan strategi organisasi dalam rangka mewujudkan organisasi profesi yang mampu mewadahi anggota berlatar belakang analis kesehatan sehingga mampu bersaing baik didalam negeri maupun luar negeri. Muswil tidak hanya sekedar sebagai forum pergantian pengurus saja terutama ketua akan tetapi lebih diutamakan bagaimana kiprah organisasi semakin dibutuhkan oleh anggota. Regulasi pemerintah yang menuntut kompetensi Analis Kesehatan harus dapat mensejahterakan anggota PATELKI. Adanya kebijakan pemerintah yang berpihak pada pengembangan organisasi profesi sebagai bagian dari proses pembangunan kesehatan di propinsi DI Yogyakarta.
Terpilih kembali sebagai Ketua DPW PATELKI DI Yogyakarta periode 2010 - 2014 adalah Bapak Sigit Sulistya, S.Si. Pada hari itu juga dilakukan penjaringan pengurus untuk dapat duduk memperkuat jajaran pengurus PATELKI DIY. Profesionalisme berdasar pekerjaan dan latar belakang pendidikan menjadi hal penting bagi keberlangsungan program DPW 4 tahun kedepan. Banyak hal positif dari kepengurusan sebelumnya yang dapat dilanjutkan terutama untuk advokasi regulasi di pemerintah setempat dan memperjuangkan anggota PATELKI.
Selamat atas kepengurusan yang baru semoga kedepan lebih baik...

Foto Kegiatan